Waktu “Air K3tub4nku” Pecah, Mertua Bilang Belum Waktunya, Malah Mengunciku Dalam Kamar Sampai Aku Melihat D4r4h Keluar…
Saya serta suamiku memang tinggal serumah dengan mertua. Mertuaku orang yang keras, terlebih suamiku yaitu anak cowok hanya satu di keluarga, kerapkali suamiku mesti membantu orang tuanya bicara, baru dia menghibur saya di belakang orang tuanya. Saya memang termasuk orang yang lebih lunak, umumnya seandainya tidak keterlaluan, saya tentu tidak akan cari-cari permasalahan sama mertua. Mertuaku miliki 5 anak, suamiku anak paling akhir dengan 4 orang kakak perempuan, mertua tetap ingin miliki anak hingga akhirnya punya anak laki-laki.
Mulai sejak kami menikah, mertua ingin saya cepet miliki anak lelaki, hingga akhirnya hal ini jadi membebani saya serta suami, saya mesti mel4h!rkan seseorang anak lelaki untuknya. Namun masalahnya, miliki anak cowok kan bukanlah karena saya ingin segera datang demikian saja. Saat saya hamil anak pertama, saya tidak sangat gimana juga masalah anak cowok atau cewek, menurut saya cowok atau cewek sama aja, saya tetep sukai. Namun mertua senantiasa kasih saya makanan sambil berdoa bila anakku ini cowok.
Namun saat saya mel4h!rkan, anakku nyatanya cewek, mertuaku kecewa hingga tidak ingin terima fakta ini. Setiap saat senantiasa ngomel mengapa anakku bukannya cowok. Suamiku menghibur mamanya serta katakan, dahulu saja dia miliki 4 anak cewek dahulu baru mel4h!rkan suamiku. Ternyata kalimat ini segera buat mertuaki ingin saya segera hamil anak ke-2! Dia katakan dia ingin menjaga putri pertamaku, saya hanya butuh menjaga diriku serta hamil lagi. Saat itu saya segera katakan bila saya bukanlah alat untuk buat anak….
Saat anakku berusia 3 th., saya pada akhirnya hamil lagi, mertuaku seneng 1/2 m4t! ngedenger berita ini. Namun saya jadi tertekan, bila sampai ini anak bukanlah cowok, dapat kritis juga.. Sampai kini saja mertua sama anak perempuanku tak sebegitu sayang. Pada akhirnya, agar mertuaku tidak sangat kecewa, dari pertama saya katakan bila sampai anak ini bukanlah cowok, janganlah sampai salahin saya. Mertuaku segera katakan saya janganlah asal-asalan ngomong.
Mulai sejak tersebut, mertuaku kerap berdoa ke sana ke sini, bahkan juga mencari orang pinter buat beberapa bertanya. Saat saya hamil 7 bln., dia datang serta katakan bila dia telah bertanya orang pinter bila saya mesti mel4h!rkan kapan serta tentu anakku itu cowok. Bahkan juga mertuaku telah menyumbang beberapa duit agar menanggung bila permintaannya bakalan dikabulkan. Saya telah tidak dapat ngomong apa-apa lagi, saya hanya takut mertuaku ditipu orang, namun dia katakan asal dengarkan dia semuanya tentu beres. Dikarenakan hal semacam ini saya berkelahi sama suamiku, saya hingga katakan bila sampai anakku ini perempuan lagi, saya ingin geser dari tempat tinggal mertua.
Hari itu, hanya lain satu hari dari hari yang ditentuin sama mertuaku, sore itu saya ngerasa perutku telah sakit, saya segera katakan mertuaku untuk bawa saya ke tempat tinggal sakit. Namun mertuaku hanya katakan dengan santainya bila waktunya belum hingga. Pada akhirnya saya telephone suamiku serta suruh dia pulang ke tempat tinggal, saya sembari beres-beres barang. Siapa kira mertuaku mengunciku didalam kamarku, tidak perduli gimanapun saya teriak, mertuaku suruh saya bersabar serta menanti hingga melalui jam 12 malam. Saat suamiku hingga di rumahpun, mertuaku hanya bilan itu hanya perasaan saja, belum waktunya.
Saya telah tidak ada tenaga lagi ribut, pada akhirnya saya hanya dapat menangis diatas ranjang. Hingga jam 8 malam, air k3tub4nku pecah, saya segera kaget serta telephone mamaku. Kemudian saya segera sekuat tenaga mengetuk pintu kamar serta katakan saya telah ingin mel4h!rkan, namun mertuaku masihlah katakan suruh saya tahan sebentar. Suamiku terasa ada yang aneh, pada akhirnya minta mamanya agar mengijinkan membawa saya ke tempat tinggal sakit, namun mertuaku tetaplah tak mengijinkan!
Hingga saya lihat d4r4h keluar dari pahaku, saya kaget 1/2 m4t! serta berteriak, perutku sangatlah kesakitan serta saya telah tak miliki tenaga lagi. Saya mendengar orang tuaku pada akhirnya datang serta berkelahi hebat dengan mertuaku, kakaku segera mengangkatku dari kamar serta membawaku ke tempat tinggal sakit.
Demikian hingga dirumah sakit, anakku segera lahir. Begtu dokter melihatku, dia segera menyalahkanku mengapa tak datang lebih pagi, bila hingga terlambat mungkin beresiko. Saya juga tidak tahu mesti menjawab apa, mamaku memeluk anak cowokku yang baru dilahirkan serta tak mengijinkan mertuaku mengambilnya. Lalu mamaku katakan bakal membawaku pulang ke tempat tinggalnya.
Mertuaku sembari nangis sembari memohon maaf padaki, saya gimanapun juga tidak dapat membencinya, saya katakan ibu agar memberi anakku untuk digendong sama mertua.
Mulai sejak kami menikah, mertua ingin saya cepet miliki anak lelaki, hingga akhirnya hal ini jadi membebani saya serta suami, saya mesti mel4h!rkan seseorang anak lelaki untuknya. Namun masalahnya, miliki anak cowok kan bukanlah karena saya ingin segera datang demikian saja. Saat saya hamil anak pertama, saya tidak sangat gimana juga masalah anak cowok atau cewek, menurut saya cowok atau cewek sama aja, saya tetep sukai. Namun mertua senantiasa kasih saya makanan sambil berdoa bila anakku ini cowok.
Namun saat saya mel4h!rkan, anakku nyatanya cewek, mertuaku kecewa hingga tidak ingin terima fakta ini. Setiap saat senantiasa ngomel mengapa anakku bukannya cowok. Suamiku menghibur mamanya serta katakan, dahulu saja dia miliki 4 anak cewek dahulu baru mel4h!rkan suamiku. Ternyata kalimat ini segera buat mertuaki ingin saya segera hamil anak ke-2! Dia katakan dia ingin menjaga putri pertamaku, saya hanya butuh menjaga diriku serta hamil lagi. Saat itu saya segera katakan bila saya bukanlah alat untuk buat anak….
Saat anakku berusia 3 th., saya pada akhirnya hamil lagi, mertuaku seneng 1/2 m4t! ngedenger berita ini. Namun saya jadi tertekan, bila sampai ini anak bukanlah cowok, dapat kritis juga.. Sampai kini saja mertua sama anak perempuanku tak sebegitu sayang. Pada akhirnya, agar mertuaku tidak sangat kecewa, dari pertama saya katakan bila sampai anak ini bukanlah cowok, janganlah sampai salahin saya. Mertuaku segera katakan saya janganlah asal-asalan ngomong.
Mulai sejak tersebut, mertuaku kerap berdoa ke sana ke sini, bahkan juga mencari orang pinter buat beberapa bertanya. Saat saya hamil 7 bln., dia datang serta katakan bila dia telah bertanya orang pinter bila saya mesti mel4h!rkan kapan serta tentu anakku itu cowok. Bahkan juga mertuaku telah menyumbang beberapa duit agar menanggung bila permintaannya bakalan dikabulkan. Saya telah tidak dapat ngomong apa-apa lagi, saya hanya takut mertuaku ditipu orang, namun dia katakan asal dengarkan dia semuanya tentu beres. Dikarenakan hal semacam ini saya berkelahi sama suamiku, saya hingga katakan bila sampai anakku ini perempuan lagi, saya ingin geser dari tempat tinggal mertua.
Hari itu, hanya lain satu hari dari hari yang ditentuin sama mertuaku, sore itu saya ngerasa perutku telah sakit, saya segera katakan mertuaku untuk bawa saya ke tempat tinggal sakit. Namun mertuaku hanya katakan dengan santainya bila waktunya belum hingga. Pada akhirnya saya telephone suamiku serta suruh dia pulang ke tempat tinggal, saya sembari beres-beres barang. Siapa kira mertuaku mengunciku didalam kamarku, tidak perduli gimanapun saya teriak, mertuaku suruh saya bersabar serta menanti hingga melalui jam 12 malam. Saat suamiku hingga di rumahpun, mertuaku hanya bilan itu hanya perasaan saja, belum waktunya.
Saya telah tidak ada tenaga lagi ribut, pada akhirnya saya hanya dapat menangis diatas ranjang. Hingga jam 8 malam, air k3tub4nku pecah, saya segera kaget serta telephone mamaku. Kemudian saya segera sekuat tenaga mengetuk pintu kamar serta katakan saya telah ingin mel4h!rkan, namun mertuaku masihlah katakan suruh saya tahan sebentar. Suamiku terasa ada yang aneh, pada akhirnya minta mamanya agar mengijinkan membawa saya ke tempat tinggal sakit, namun mertuaku tetaplah tak mengijinkan!
Hingga saya lihat d4r4h keluar dari pahaku, saya kaget 1/2 m4t! serta berteriak, perutku sangatlah kesakitan serta saya telah tak miliki tenaga lagi. Saya mendengar orang tuaku pada akhirnya datang serta berkelahi hebat dengan mertuaku, kakaku segera mengangkatku dari kamar serta membawaku ke tempat tinggal sakit.
Demikian hingga dirumah sakit, anakku segera lahir. Begtu dokter melihatku, dia segera menyalahkanku mengapa tak datang lebih pagi, bila hingga terlambat mungkin beresiko. Saya juga tidak tahu mesti menjawab apa, mamaku memeluk anak cowokku yang baru dilahirkan serta tak mengijinkan mertuaku mengambilnya. Lalu mamaku katakan bakal membawaku pulang ke tempat tinggalnya.
Mertuaku sembari nangis sembari memohon maaf padaki, saya gimanapun juga tidak dapat membencinya, saya katakan ibu agar memberi anakku untuk digendong sama mertua.
Waktu “Air K3tub4nku” Pecah, Mertua Bilang Belum Waktunya, Malah Mengunciku Dalam Kamar Sampai Aku Melihat D4r4h Keluar…
Reviewed by Unknown
on
04.41
Rating:
Reviewed by Unknown
on
04.41
Rating:

Tidak ada komentar